ANDAIKAN LETAK KNALPOT DI DEPAN HIDUNG KITA


Agaknya kita belum sadar akan pentingnya CO rendah dan kebersihan lingkungan. Terbukti, masih sering kita temui bus dan truk bebas melepaskan asap tebal yang selain berbahaya bagi kesehatan juga menghalangi pandangan mata pengemudi di belakangnya.

***
SEANDAINYA lubang pembuangan knalpot kendaraan itu ada di depan hidung kita, mungkin kita segera sadar perlunya menjaga kebersihan udara. Padahal emisi gas beracun kendaraan bermotor sudah banyak memakan korban. Ingat kisah orang pacaran di Ancol yang meninggal di dalam mobil
yang AC dan mesinnya hidup? Atau kisah dua anak kecil yang tertidur dalam mobil yang AC dan mesinnya hidup, lalu ditinggal ibunya berbelanja, dan ketika ditemukan sudah tak bernyawa? Pernah terjadi, karena hujan, semua jendela mobil ditutup, dan AC dihidupkan. Ketika turun, seluruh penumpang lemas dan muntah-muntah. Ternyata CO merayap masuk ruang penumpang karena knalpot bocor atau melalui bodi yang keropos.
 
Bahayanya, CO adalah gas tidak beraroma. Lewat penapasan, ia mengikat Hemoglobin 210 kali lebih kuat dibanding O2 yang dihirup. Dengan kata lain, CO dengan kadar tertentu, amat cepat mencapai
syaraf di otak. CO dengan konsentrasi 100 ppm menyebabkan pusing dan cepat capek, pada 250 ppm akan membuat seseorang pingsan, dan pada konsentrasi 1.000 ppm, bisa membuat seseorang mati. Sedangkan pada udara segar di pegunungan, kadar CO hanya 0,05 ppm. Kini, pemerintah atau LSM banyak mendirikan tugu untuk memantau tingkat CO.  Meski banyak memakan korban, namun agaknya kita belum sadar akan pentingnya CO rendah. Di jalan raya, masih sering ditemui bus dan
truk bebas melepaskan asap tebal. Padahal gas buang yang pekat selain berbahaya bagi kesehatan, juga menghalangi pandangan mata pengemudi  di belakangnya. Rendahnya kesadaran akan kebersihan udara, membuat udara yang kita hirup makin beracun. Sejauh ini, Jakarta disebut menduduki peringkat ketiga setelah  New York dan Bangkok, sebagai penghasil gas beracun, terutama yang disemburkan kendaraan bermotor. Bisa dipastikan, polusi udara di Jakarta akan segera diikuti kota-kota besar lain seperti Medan,  Surabaya, Ujungpandang, dan kota-kota lain di Jawa Tengah seperti Semarang, Solo, atau Yogyakarta.

Bisa Dikurangi
Tinggi-rendahnya CO pada gas buang kendaraan, bisa menjadi indikator kinerja mesin mobil. Bila CO rendah, bahan bakar yang masuk silinder terbakar habis, mesin lebih bertenaga dan irit bahan bakar. Sebaliknya, bila gas buang ber-CO tinggi, mesin kurang bertenaga dan boros bahan bakar.
Lalu, bagaimana mengetahui kadar CO? Bengkel-bengkel besar biasanya menggunakan alat yang disebut gas analyzer. Dengan alat ini, mesin disetel kembali untuk mendapatkan CO terrendah. Tune-up tidak cukup untuk mengetahui besar kadar gas CO yang dibuang. Teknologi kendaraan bermotor pun sudah amat maju. Desain mesin, diarahkan agar ramah lingkungan. Pasokan bahan bakar yang diinjeksi  dan dikendalikan komputer, menghasilkan kinerja mesin yang optimal dan produksi gas beracun yang minim. Teknologi injeksi seperti sistem Electronic Fuel Injection (EFI) dan catalytic converter yang dipasangkan pada knalpot, bisa menjadi alternatif mengurangi "produksi" gas beracun. Namun, dibanding EFI, catalytic converter tidak begitu efisien, karena komponen ini tidak berpengaruh langsung pada kinerja mesin, dan hanya mengelola gas dengan kandungan CO, NOx dan HC yang cukup minim.

Bagaimana cara mengurangi kadar CO?
1. Tes kompresi mobil Anda, sesuai spesifikasi mesin mobil. Mesin bensin yang bertekanan kompresi rendah, umumnya tidak bertenaga, boros oli (tiap 1.000 km mungkin harus menambah oli satu liter).
Ujung knalpot berjelaga hitam, bukan abu-abu.

2. Saringan udara harus sering dibersihkan dan diganti setiap 20.000 km. Permukaan saringan udara yang tersumbat debu, akan lebih banyak menyedot bensin, membuat campuran dengan udara tidak imbang.

3. Gas buang ber-CO tinggi, bisa dinetralisir dengan catalytic converter yang dipasang pada saluran gas buang guna mengurangi jumlah CO, NOx, dan HC. Alat itu sendiri merupakan komponen knalpot dari emission control system.

Memang, tidak semua bengkel dilengkapi gas analyzer. Namun, melihat tren dunia otomotif saat ini, memiliki alat ini sudah menjadi keharusan sebuah bengkel.
(martin teiseran, ahli mekanik)

Ingat kadar CO yang merendah menunnukan mobil Anda irit. Oleh karena itu setelah melakukan Engine Tune Up mintalah kepada bengkel agar di test kadar CO mobil Anda. Kijang mesin seri K sekitar 2%, namun untuk mesin- mesin Vtec, VVTi yang sudah DOHC CO bisa rendah sampai 0,20 %.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Suzuki Baleno 1997

Penantian panjang "albella lakeisha"

ATURAN-ATURAN TENTANG BAN